Sunday 30 June 2013

Rahsia duka | Story 1

Bintang bintang berkerlipan di dada-dada langit . Indah sekali .  Burung berterbangan . Bebas . Aman . Damai . Tetapi berbeza dengan hati Insyirah . Berkecamuk , sedih , terluka dengan apa yang dilaluinya . Insyirah hanya mampu diam tatkala ibu dan abangnya bertengkar di dapur pada suatu malam . Laju mengalir titis-titis air mata jernih Insyirah di pipi gebunya . Luarannya menangis , tapi lagi memedihkan hatinya turut meraung , sengsara . Dia memendam duka sebuah keluarga . Syirah tidak tahu apa yang patut dilakukan agar pertelagahan itu berhenti . Dia teringat , sesungguhnya marah itu datang daripada syaitan , ambiklah wudhu' untuk melegakan kemarahan terhadap sesuatu . Teringat dengan perkara itu , tetapi dia tidak punyai daya untuk memberi pendapat . Dia tidak kuat untuk memberhentikan pertelagahan itu . Lantas dia terus membersihkan apa-apa yang patut di sinki . Air yang mengalir untuk mencuci pinggan mangkuk bercampur gaul dengan air matanya yang menitis . Duka yang dialaminya hanya dipendam . Tidak pernah dia bercerita tentang kesedihan itu kepada adik-beradiknya yang lain. Allah lah tempat dia mengadu selama ini . Pertelagahan itu terhenti apabila abangnya tersedak memakan nasi . Ibunya terus menyuruh abang Syirah meminum air . Hati seorang ibu , mana tak sayang anaknya .  Tapi , panas hati abang Syirah tidak padam . Dicampak pinggan nasinya itu ke dalam sinki . Hati Syirah tersentak . Tetapi tangan Syirah laju mengutip sisa-sisa makanan pinggan abangnya yang tercampak keluar . Lalu dibersihkannya . Hati mana yang tidak sedih . Ibu Syirah terus berlalu pergi . Menunaikan solat maghrib . Ya , Syirah tahu ibunya tidak dapat menahan perasaan pedih dan sedih apabila anak yang dikandungnya bertelagah dengannya . Syirah keseorangan di dapur . Duduk seakan tidak bersemangat lagi . Tapi dia terus menguatkan dirinya . Tabah . Dia tahu inilah dugaan . Dugaan inilah yang akan mentarbiyahkan manusia . Dia terima seadanya . Itu bererti Allah masih lagi mahu menguji imanya . Air mata Syirah berhenti mengalir . Tapi hatinya bagai dicucuk besi . Perit rasanya . Hanya Allah yang dapat memberi ketenangan kepadanya . Tidak berhenti dia berdoa agar Allah melembutkan hati ibu dan abangnya . Syirah terlalu menyayangi mereka . Dia termenung memikirkan . . .

No comments:

Post a Comment